Jumat, 10 Oktober 2014

Resensi Film Gie "Catatan Seorang Demonstran"


MAKALAH
Judul :
RESENSI FILM
GIE
IDENTITAS FILM


Sutradara                     : Riri Riza
Produser                      : Mira Lesmana
Penulis                         : Riri Riza
Pemeran                     
Aktor utama                : Nicholas Saputra


Wulan Guritno
Indra Birowo
Lukman Sardi
Sita Nursanti
Thomas Nawilis
Jonathan Mulia
Christian Audy
Donny Alamsyah
Robby Tumewu
Tutie Kirana
Gino Korompis
Surya Saputra
Happy Salma


Distributor                   : Sinemart Pictures
Durasi                          : 147 menit
Anggaran                    : Rp 7-10 milyar (perk.)
Produksi                      : Miles Production
Genre                           :  Drama, Biography
Tanggal edar               :  Kamis, 14 Juli 2005
Bahasa utama              :  Indonesia
Penata sinematografi   : Yudi Datau


PENDAHULUAN
Dalam menjalankan pemerintahannya  setiap negara pasti memiliki sistem politik di negaranya. Sistem politik yang dianut inilah yang mempengaruhi situasi pemerintahan di negaranya. Sistem politik selalu berubah dari waktu ke waktu disesuaikan dengan faktor ekonomi, masyarakat, gaya sosial serta faktor eksternal yang mampu mempengaruhi negaranya.
            Sejarah sistem pemerintahan Indonesia dimulai dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dengan adanya proklamasi berarti lahirlah suatu negara baru yang bernama Indonesia dengan segala kepemerintahannya yang diatur Indonesia sendiri. Seiring berjalannya waktu, ternyata sistem pemerintahan Indonesia terus mengalami perubahan. Perubahan inilah yang kemudian yang akan kita kaji sebagai suatu sistem perbandingan. Dari waktu ke waktu, setiap perubahan itu membawa ciri tersendiri.
Seperti pada masa pemerintahan soekarno banyak mengundang tidak kepercayaan rakyat karena ajarannya yang mengandung komunis dan syarat akan pemerintahan yang dictator. Sehingga menimbulkan banyak kontroversi dikalangan mahasiswa seperti Mahasiswa sastra UI yang bernama Soe Hok Gie yang kritis dan dengan kecerdasannya mampu membuat banyak pemikiran yang kadang tak sejalan dengan pemikiran rekan-rekannya , membuat dia harus berjuang berjuang dan berjuang dalam menegakkan keadilan dan kebenaran.

ISI / SUBSTANSI FILM
Dalam film ini di awali dengan kata-kata yang merupakan inti dari permasalahan dalam film ini. “ Indonesia di akhir dan di awal 1960 adalah sebuah Negara yang terjebak diantara Perang Dingin Apakah Indonesia dibawah pimpinan presiden seumur hidup Soekarno akan mengikuti ideology komunis, adalah pertanyaan bagi kita semua. Seluruh unsur masyarakat yang ter-politisasi n seluruh faksi dalam masyarakat, termasuk mahasiswa Indonesia, aktif terlibat dalam permainan politik yang kemudian ikut menentukan masa depan bangsa ini.”
Film ini mengambil setting antara tahun 1956-1969 menceritakan seorang pemuda bernama Soe Hok Gie yang di besarkan di sebuah keluarga yang tidak begitu kaya, dia pemuda Indonesia keturunan Tionghoa dan berdomisili di Jakarta.
Soe Hok Gie yang sering di panggil dengan panggilan “ Gie “ dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942 ketika perang tengah berkecambuk di Pasifik, pada umur 5 tahun dia masuk sekolah SINWA dia tinggal bersama keluarganya dia mempunyai dua saudara perempuan dan satu saudara laki-laki. Awal cerita di mulai dengan kehidupan Gie pada masa kecil bersama teman-temannya, dia mempunyai teman seperjuangannya yang selalu bersama dia bernama Tan Tjin Han dan Herman Lantang.  Gie selalu membawa buku kemanapun dia pergi buku catatan kecil berwarna merah yang mirip dengan buku ayahnya.  Ayahnya adalah seorang yang apatis, pasif dan pendiam, dia adalah seorang novelis yang diperhitungkan pada masa itu.
Gie pada masa sekolah memiliki tampang yang acuh dan jarang sekali senyum , dia seperti orang yang sedang memiliki tujuan tertentu  dan berambisi untuk meraih tujuan itu. Buku yang dia selalu bawa di peroleh dari sebuah took buku di daerahnya.
Pada Film ini di ceritakan ketika masa pemerintahan Soekarno pada masa orde lama , pemerintahan yang dictator dan menetapkan dirinya sebagai presiden seumur hidup.
Suatu ketika sahabatnya Han tidak bisa ikut bermain dengan dia di karenakan keluarganya yang kejam kepada dia mungkin factor ekonomi membuat orang tuanya bertindak jahat kepada dia. Dan akhirnya diapun pergi bersama temannya Herman Lantang, dia menyusuri jalanan kota. Jalanan kota itu terlihat seperti jaman dulu dan disana terlihat banyak sekali orang berlalu lalang juga banyak orang yang berjualan dan bertransaksi antara penjual dan pembeli. Mata Gie tertuju pada suatu sosok di dekata pohon yang sedang berjalan yang tak lain adalah ibunya yang sedang menemani ayahnya berjalan dan memperhatikan sekitar, kemudian ayahnya dan ibunya berjalan berpisah arah. Ayahnya memperhatikan sekitarnya dan melihat ikan hias yang kemudian dia membelinya. Dirumahnya terlihat banyak surat dan buku punya ayahnya yang di buang begitu saja ke tong sampah dan Gie mengambil buku ayahnya yang berwarna merah dan kemudian dia membaca catatan kecil ayahnya itu .
Gie adalah sosok yang acuh juga bahkan ketika itu dia sering tidak mempedulikan omongan ibunya, dia selalu membaca membaca dan membaca. Pada malam hari datang sahabatnya Han kerumahnya dengan badan basah kuyup dan babak belur karena merasa kasihan Gie menginginkan Han untuk tinggal dirumahnya sehingga berdebat dengan keluarganya  tapi itu tidak terjadi ketika keluarga Han datang kerumah Gie dan membawa Han pergi dengan paksa.
Di sini terlihat tidak ada keakraban antara Gie dengan kakaknya. Bahkan ketika pergi kesekolahpun mereka tak pernah saling menyapa mereka hanya bertatap mata saja. Di sekolahnya Gie adalah sosok yang kritis dan berambisi yang seakan kata-kata dia selalu benar dan orang harus setuju akan kata-katanya dan dia sampai berdebat dengan gurunya, namun pada kenyataaannya dunia bukan hanya milik dia seorang sehingga dia harus hidup dengan pendapat orang lain pula . dalam sesi ini di ceritakan dengan kata-kata Gie secara monolog. “ Hari ini adalah hari dimana dendam  membatu. Nilai ulanganku delapan tapi oleh guruku di kurangi tiga aku tidak senang dengan itu “ .
Buah dari keras kepalanya Gie mendapat hukuman dan Sahabatnya Han tetap setia menunggunya yang sedang di hokum dan akhirnya han menasehati Gie kenapa dia terus enjadi orang yang terus melawan , tap anggapan gie berbeda dengan Han. Gie beranggapan bahwa dalam memperjuangkan kebebasan kita harus melawan dan dia mencontoh dari tokoh-tokoh yang berani melawan dari kesewenang-wenangan.
“ Dendam yang di simpan di hati mengeras bagai batu sampai hari tu aku tidak pernah jatuh dalam  ulangan. Aku iri karena di kelas hanya menjadi orang ketiga yang pandai di ulangan tersebut. Aku yakin aku orang yang terpandai di seluruh kelas”
Konflik di mulai ketika Gie yang kritis akhirnya tidak naik kelas karena dia selalu melawan dan sombong akan kepintarannya sehingga ibunya kecewa dan menasehatinya namun Gie tetap pada pendiriannya.
“ Kalau angkaku di tahan oleh guru yang tak tahan kritik, aku akan mengadakan koreksi habis-habisan aku tidak mau minta maaf. Memang demikian dia bukan guru pandai tentang karangan saja dia lupa,aku rasa dalam hal sastra aku lebih pandai. Guru yang tak tahan kritis boleh masuk sampah . Guru bukan dewa yang selalu benar dan murid bukan kerbau ” dia bermonolog ketika akan pergi ke rumah gurunya untuk mengeroyok yang pernah berdebat dengan dia namun dia mengurungkan niatnya ketika melihat keadaan gurunya.
Gie masuk sekolah lagi pada 28 oktober 1957 dan dia merasa bosan dengan kegiatan sekolahnya dia selalu pergi ke perpustakaan di dekat rumahnya dan meminjam sebuah buku dan membuat kagum ketika pada umur yang cukup muda dia sudah membaca buku karya Mahatma Gandhi dan diapun selalu membaca Koran juga menulis.
Pada suatu hari dia pergi bersama sahabatnya Han ke gunung, sahabatnya Han sedikit kecewa karena dia ingin pergi ke pantai tapi Gie mengajaknya ke Gunung . Gie memiliki kebiasaan yaitu diam di atas genting namun pada saat itu dari atas dia melihat sahabanya Han  pergi menggunakan mobil dengan membawa barang-baranya, entah kemana.
Demokrasi terpimpin yang di anut pada masa itu membuat Gie selalu memberikan kritik karena menurut dia tidak cocok dengan system pemerintahan pada saat itu . Akhirnya Gie lulus SMA dan dia sangat saying sekali akan kenagannya pada masa itu.
Pada kelulusannya dia pergi ke gunung dengan seragam tapi kemudian berubah menjadi seorang pemuda dewasa yang tampan diapun tidak peri ke gunung sendiri melainkan pergi bersama sahabat barunya.
Gie menjadi seorang mahasiswa sastra di Universitas Indonesia. Di sana dia seorang yang pintar dan selalu menjadi ahli bicara diantara teman-temannya, diapun aktif menulis di surat-surat kabar., sehingga dia di temui oleh seorang aktifis bernama Ben. Karena kseriusannya membaca sehingga ibunya pun kesal karena tidak pernah di dengarkan kata-katanya ketika ibunya sedang berbicara.
Pada masa itu atas prakarsa utusan  Aceh Presiden soekarno di tetapkan sebagai Presiden seumur hidup. Gie di panggil untuk menghadap Soekarno sebagai pemuda yang setuju dengan asimilasi dan Gie pergi dengan jas pinjaman. Kejelekan presiden soekarno pda masa itu adalah beristri banyak.
Kebiasaan kedua Gie selalu menyukai menontom film bersama mahasiswa lainnya dan selalu berdiskusi dan mengambil makna dari film tersebut.
Konflik kedua yaitu konflik batin yang dialami Gie ketika dia tidak bisa menebak hatinya dan bagaimana perasaannya kepada Ira yang tak lain adalah sahabatnya sendiri sehingga pada suatu ketika dia menemui Ira dan mengajaknya jalan bersama tanpa dia tahu apa tujuan dia mungkig dengbun karena dia juga belum pernah merasakan pacaran/
Kebiasan ketiga dia suka pergi naik gunung dan akhirya bergabung dengan MAPALA ( Mahasiswa Pencinta Alam ) namun pada saat itu Jaka temannya jadi berubah drastis jadi seseorang yang berani tapi terkesan anarkis dalam melakukan sesuatu hal dan Gie tidak setuju dengan itu.
Pada saat dewasa ini Gie bertemu dengan Han tapi Han Hok Gie menemukan bahwa Tan telah terlibat PKI tetapi tidak tahu konsekuensi apa yang sebenarnya menantinya. Hok Gie mendesak Tan untuk menanggalkan segala ikatan dengan PKI dan bersembunyi, tetapi Tan tidak menerima desakan tersebut.
Pada saat itu semangat revolusi yang didengung-dengungkan justru membuat situasi memanas. Dalam lingkup UI saja, bermunculan organisasi-organisasi yang terbentuk karena kepentingan agama dan golongan, seperti PMKRI dan HMI. Gie yang seorang katholik, diajak bergabung ke PMKRI oleh temannya, Jaka. Namun, gie menolak. Dia merasa bahwa politik yang membawa kepentingan agama dan golongan bukanlah jalan untuk membawa perubahan hidup bangsa Indonesia. Alih-alih terlibat organisasi, Gie lebih memilih untuk diskusi dan menulis dalam melawan kelaliman penguasa. Kekritisan Gie dalam mengkritik pemerintah, disadari oleh seorang aktivis gerakan yang bernama Ben. Gerakan yang diikuti Ben tersebut dipimpin oleh Sumitro yang memiliki ide-ide yang sama dengan Gie. Ben pun mengajak Gie untuk bergabung dalam gerakan ini dan menulis utnuk pamflet gerakan tersebut yang disebarkan secara underground. Salah satu usaha Gie yang lain adalah ikut dalam senat. Latar belakang keaktifan Gie semula ketika dia melihat para calon ketua senat yang berasal dari oraganisasi-organisasi yang membawa kepentingan golongan dan agama. Gie tidak ingin senat dikuasai oleh orang semacam itu. Gie lalu mengajukan Herman, sahabatnya, sebagai calon ketua. Gie melihat bahwa Herman tidak membawa kepentingan agama dan golongan manapun dan inilah yang akan menjadi kelebihannya.
Konflik keempat yaitu ketika sahabatnya memanggil wanita panggilan untuk Gie wanita yang sudah di bayar dan sahabatnya itu menyamakan dengan Ira yang membuat Gie sangat marah.
Gie menilai soekarno sebagai founding father dalam Indonesia tapi di sisi lain pemerintahan yang dictator menyebabkan soekarno di nilai jelek dan Gie menginginkan Soekarno jatuh,
Pada saat itu soekarno mengadakan politik kenaikan harga yang sasarannya jelas yaitu untuk membuat masyarakat panic dan tidak berpikir tentang penumpasan PKI akan tetapi berpikir tentang perutnya. Dan organisasi KAMI ingin membubarkan PKI dengan cara berdemo di depan menteri yang pada saat itu banyak melakukan korupsi dimana-mana. Mahasiswa UI saat itu bersatu, mereka berusaha meminta hak-hak rakyat dengan cara berdemo secara besara-besaran. Mahasiswa ini mengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah yang dikenal sebai tritura. Tuntutan mahasiswa ini hingga Februari 1966 belum terpenuhi, bahkaan Presiden sendiri menegaskan bahwa tidak akan membubarkan PKI.
Setelah sekian lama pergi akhirnya ibunya Gie datang dan melihat keadaan Gie yang sangat kotor dan Ibunya sangat prihatin melihat keadaan Gie yang sekarang.
Hasil dari demonstrasi yang mengecewakan  membuat mahasiswa terus melakukan demo demo lagi dan akhirnya baru pada tanggal 11 MAret 1966, Supersemar seolah menjadi jawaban atas keadaan saat itu. Soekarno menyerahakan mandatnya kepada panglima angkatan darat Soeharto. Saat itulah sesungguhnya militer yang sebelumnya bersitegang dengan PKI mendapat kekuasaan. Para anggota PKI pun diburu, ditangkap, disiksa dan dibantai. Gie yang bukan ‘kiri’ atau ‘kanan’ tersentil rasa sosialnya untuk menulis kesewenang-wenangan dan kebiadaban orde baru.
Konflik utama film ini adalah kerusuhan antara pemerintah Indonesia dan PKI, ini adalah kejadian yang penting di dalam sejarah Indonesia. Konflik ini mengakhiri demokrasi pemimpinan Soekarno dan memulai dengan yang abru yaitu kepresidenan Soeharto yang berlangsung selama 32 tahun.  Kejadian ini bermula pada saat Soeharto ingin merubuhkan kepemimpinan Soekarno. Soeharto yang merupakan pemimpin ABRI mempunyai lebih banyak kekuatan daripada Soekarno. Melihat hal tersebut, Soekarno mendukung PKI agar mendapat perlindungan dari Soeharto. Tetapi suatu saat para dewan jendral ingin menjatuhkan Soekarno dari kepemimpinannya, PKI yang tidak ingin hal itu terjadi membunuh keenam jendral tersebut.
Pada jaman pemerintahan Soeharto pers dibungkam. Kebebasan menyampaikan pendapat dipotong sehingga Indonesia tidak seperti negara Demokratis. Gie sangat merasakan imbas peraturan ini karena banyak karya artikelnya yang tidak boleh diterbitkan. Keadaan pemerintah yang bobrok sangat disensor dan walaupun mereka tahu yang sebenarnya, rakyat yang kurang berpendidikan ini lebih mementingkan penghasilannya. Melihat ini, Soeharto memanfaatkan keadaan dengan menaikkan harga barang sehingga masyarakat lebih mementingkan isi perutnya dibandingkan dengan keadaan pemerintahan.
Pada bulan Spetember 1965, terjadi peristiwa G-30 S yaitu Gerakan 30 September PKI sebagai puncak pertentangan antara pihak militer dan Partai Komunis Indonesia dimana para keenam jendral dibunuh di Lubang Buaya. Peristiwa ini diikuti dengan demonstrasi yang sangat besar yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Indonesia termasuk dengan Gie yang menuntut pengunduran Soekarno sebagai presiden. Setelah kerobohan Soekarno dan pembrantasan PKI, Soeharto yang mengambil kesempatan untuk meraih posisi presiden  memutuskan untuk menangkap atau membunuh semua warga Indonesia yang sudah terlibat dengan partai PKI, hal ini mengakibatkan pembrantasan masal yang menimbulkan korban kira-kira sampai 1 juta orang dan kebanyakan dari orang-orang yang dibunuh atau ditangkap belum benar benar terbukti dengan benar-benar sah bahwa mereka terlibat dengan PKI.

Pada saat itu Gie menjadi seorang yang terkenal sebagai seorang penulis artikel di berbagai Koran sehingga membuat seorang perempuan kaya menyukainya yang membuat dia berpacaran dengan dia, dia berpacaran dengan Gie karena menilai Gie tampan dan berwibawa juga terkenal akan tulisan-tulisannya yang membuat dia bangga menjadi pacarnya.
Sahabatnya Han tiba-tiba menghilang karena di duga dia masih mengikuti ajaran komunis yang menyebabkan dirinya di bunuh mati oleh militer Indonesia Jalan film ini selanjutnya memaparkan keberanian untuk terus mengkritik hingga sampai pada satu titik Gie merasa ‘lelah’ dan terus mendapat reaksi keras dari orang-orang yang merasa terusik atas ulah Gie..
Pada saat itu pula akhirnya dia putus dengan pacarnya dan meninggalkan Gie karena banyak yang menentang tentang tulisan Gie itu. Sahabatnya Ira pun meninggalkan Gie juga dan akhirnya dia benar-benar merasa sendiri dan pergi ke Gunung Semeru di sana dia menulis puisi , isinya.
Sebuah Tanya

“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”
—————————————————————
ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi
ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit atau awan mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa”
(Selasa, 11 November 1969)


-Soe Hok Gie-

Puisi itupun akhirnya di sampaikan untuk Ira yang iya sadari bahwa Gie mencintai dan menyayangi Ira, dan pada saat itulah Gie mati muda pada bulan Desember 1969. Tidak sedih sebab pada dasarnya Gie merasa beruntung. Sebelumnya Gie pernah mengatakan bahwa nasib baik adalah tidak dilahirkan dan mati muda. Gie meninggal dalam usia 27 tahun di Gunung Semeru, di pangkuan sahabatnya, Herman Lantang. Catatan hariannya di terbitkan pertama kali di tahun 1983, Rezim orde baru di bawah kekuasaan Presiden Soeharto bertahan selama hamper 32 tahun dan kembali dijatuhkan oleh mahasiswa pada tahun 1998. Hingga hari ini , harapan Soe Hok Gie tentang pemerintahan Indonesia yang bersih dari korupsi dan kehidupan politik yang tidak berpihak pada golongan, rasa tau agama belum terwujud.
  
KEKUATAN & KELEMAHAN FILM
1.      Kelebihan
Film ini mempunyai kelebihan , yang pertama mempunyai banyak penghargaan di antaranya : Piala Citra - Film Bioskop Terbaik , Piala Citra - Pemeran Utama Pria Terbaik (Nicholas Saputra) , Piala Citra - Pengarah Sinematografi Terbaik.
Set design-nya yang berhasil menampilkan suasana pada tahun 1960-an yang terlihat nyata dan sangat tradisional. Alur maju yang di bawa dalam film ini membuat penonton tidak pusing.
Actor Nicolas Saputra yang berperan sebagai Soe Hok Gie dalam film ini menjadikan film ini banyak ditonton oleh penggemarnya.
Lagu-lagu  yang terkenal di tahun 1960 yang digunakan dalam film ini juga menjadi daya tarik film ini.
kata-kata yang di gunakan dalam monolog pemeran membuat penonton lebih menghayati filmnya dan membuat banyak makna dan pelajaran yang bisa menjadi daya tariknya sendiri.
Film sejarah yang mengaitkan politik dan ekonomi ini tidak membosankan karena di bumbui dengan cerita cinta remaja yang tentunya mempunyai konflik tersendiri yang tidak jauh dengan jaman sekarang

2.      Kelemahan
Pencahayaan , suara dan music yang tidak seimbang membuat film ini sulit dipahami apalagi terlihat ketika monolog si tokoh seringkali di iringi music yang keras yang malah mendominasi adegan dalam film itu sehingga suara si tokoh pun tidak terdengar.
Banyaknya keanehan dan keganjilan dalam film ini seperti meninggalnya Soe Hok Gie di Gunung Semeru yang tidak di ketahui penyebabnya dan dia pergi sendiri tapi di akhirnya di tuliskan dia mati di tangan temannya Herman.
Di film Gie banyak kekurangan dan kelebihan akting para aktor dan aktris. Seperti pada saat Gie sedang mengajukan pernyataan di UI dan tiba tiba di potong oleh salah satu mahasiswa yang menyebabkan perkelahian yang juga di berhentikan pada saat itu juga. Gerakan para aktor dan aktris di bagian itu sangatlah over-acting, yang seharusnya terlihat natural jadi terlihat seperti sangat dibuat-buat.
Tidak di deskripsikannya pemeran secara jelas membuat penonton bingung menentukan dan mengikuti jalan ceritanya , seperti ayahnya yang tidak pernah bicara dan terkesan diam membuat penonton bingung apa yang terjadi pada ayahnya. Juga kepergian sahabatnya Han sewaktu kecil yang entah kemana membuat penonton banyak bertanya-tanya kemana hendak dia pergi.
 
KONTRIBUSI FILM TERHADAP STUDI ILMU POLITIK

            Dalam film Gie , kontribusi film terhadap studi ilmu politik adalah bahwa dalam politik pada masa dulu dan sekarang tidak jauh berbeda , syarat akan perebutan kekuasaan, di warnai adanya korupsi pemerintahan yang dictator dan sikap mementingkan diri sendiri dari aparat pemerintah tersebut.
            Film ini membuka mata dan pikiran  kita bahwa selama kita kuat , selama kita mampu berjuang , selama kita berdiri tegak , selama kita siap menegakkan kebenaran , selama kita benar , taka da salahnya kita melakukan gerakan gerakan perubahan yang berdasarkan pemikiran-pemikiran yang logis dan sesuai dengan fakta, demi menegakkan politik di Indonesia yang bersih dan transparan, seperti yang di lakukan oleh Soe Hok Gie dalam filmnya di sutradarai oleh Riry itu.
            Untuk menegakkan politik yang bersih dan sesuai dengan  ilmu politik dan tata hokum di Indonesia maka dalam film itu pula Gie banyak membaca membaca dan membaca sehingga dia menemukan banyak sekali informasi juga banyak pelajaran dan argument-argument sehingga menguatkan dia ketika dia akan beropini dalam media massa maupun dalam suatu ormas , untuk itu membaca pula kunci kesuksesan karena apabila kita tidak membaca, mana mungkin kita bisa membuka jendela dunia.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar